BAB 1
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Sampah selalu
timbul menjadi persoalan rumit dalam masyarakat yang kurang memiliki kepekaan
terhadap lingkungan. Ketidakdisiplinan mengenai kebersihan dapat menciptakan
suasana yang tidak menyenangkan akibat timbunan sampah. Kondisi
yang tidak menyenangkan
ini akan memunculkan bau tidak sedap, lalat berterbangan, dan gangguan berbagai
penyakit siap menghadang di depan mata dan peluang
pencemaran lingkungan disertai penurunan kualitas estetika pun akan
menjadi santapan sehari-hari bagi masyarakat (Sugito, 2008).
Bank
Dunia dalam laporan
yang berjudul
“What a Waste: A Global Review of Solid
Waste Management”, mengungkapkan jumlah sampah padat di
kota-kota dunia akan terus naik sebesar 70% mulai tahun ini hingga tahun 2025,
dari 1,3 miliar ton per tahun menjadi 2,2 miliar ton per tahun. Mayoritas
kenaikan terjadi di kota-kota di negara berkembang. Di Indonesia, jumlah sampah
padat yang diproduksi secara nasional mencapai 151.921 ton per hari. Hal itu berarti,
setiap penduduk Indonesia rata-rata membuang sampah padat sebesar 0,85 kg
setiap hari. Data Bank Dunia juga menyebutkan, dari total sampah yang
dihasilkan secara nasional, hanya 80% yang berhasil dikumpulkan. Sisa
terbuang mencemari lingkungan. Volume sampah di Indonesia sekitar 1 juta
meter kubik setiap hari, namun baru 42% di antaranya yang terangkut dan diolah
dengan baik. Jadi, sampah yang tidak diangkut setiap harinya sekitar
348.000 meter titik atau sekitar 300.000 ton (Departemen Pekerjaan Umum, 2012).
Perilaku
membuang sampah sembarangan ini, tidak mengenal
tingkat pendidikan maupun status sosial. Keberadaan sampah di kehidupan sehari-hari tak lepas dari
tangan manusia yang membuang sampah sembarangan, mereka menganggap barang yang
telah dipakai tidak memiliki kegunaan lagi dan membuang dengan seenaknya
sendiri. Kurang kesadaran akan pentingnya kebersihan menjadi faktor yang paling
dominan, di samping itu kepekaan masyarakat terhadap lingkungan harus
dipertanyakan. Mereka tidak mengetahui bahaya apa yang akan terjadi apabila
tidak dapat menjaga lingkungan sekitar (Nurdin, 2004). Salah satu bentuk
perilaku membuang sampah. Pada masyarakat
adalah dengan membuang sampah di sungai. Kondisi ini menyebabkan lingkungan
di sekitar tepi sungai terlihat sangat kotor akibat tumpukan sampah, lalat
beterbangan, banyak tikus dan nyamuk, bahkan menyebarkan aroma yang tidak sedap (Munaf, 2007).
Kota
Kediri adalah salah satu kota adipura pada tahun 2009, namun Kota Kediri masih menghadapi masalah persampahan.
Sejak akhir tahun 2003 sampai tahun 2009 persoalan sampah semakin bertambah
dalam jangka waktu tahun terakhir TPA sudah tidak mampu menampung tumpukan
sampah bahkan pada sampai tahun 2007 di perkirakan umur TPA tinggal 6 bulan.
Untuk meningkatkan efektifitas pengelolaan sampah maka DTRKP menggalakan
program Reduce, Reuse, dan Recycle (3R) dengan membangun 3 unit komposter yang
memanfaatkan sampah organic tersebut belum mampu mengatasi masalah persampahan
kota. (Supriyanto,
2010).
Sebagian
besar masyarakat di
RT 01/RW 02 Kelurahan Kampung Dalem Kota Kediri mempunyai
kebiasaan membuang sampah disebuah selokan yang ada di Keurahan tersebut dan
dari sampah – ampah yang belum terbawa arus air selokan tersebut sehingga
menimbulkan berbagai masalah antara lain lingkungan di sekitar tepi sungai
terlihat sangat kotor, banyak lalat, banyak tikus dan nyamuk, bahkan
menyebarkan aroma yang tidak sedap, faktor – faktor yang mempengaruhi perilaku faktor predisposisi (predisposing factor), seperti kebiasaan
masyarakat, pengetahuan masyarakat tentang sampah, yang kedua adalah faktor yang
memudahkan (Enabling Factor) seperti ketersediaan
fasilitas tempat sampah yang disediakan dan lain sebagainya dan faktor yang memperkuat (Reinforcing Factor) seperti sikap dan
perilaku petugas kesehatan (Notoatmodjo, 2003).
Berdasarkan uraian diatas maka peneliti tertarik untuk melaksanakan penelitian dengan
judul “faktor - faktor yang mempengaruhi perilaku masyarakat dalam membuang sampah di RT
01/RW 02 Kelurahan Kampung Dalem Kota Kediri”.
B. Rumusan Masalah
Apakah faktor–faktor yang mempengaruhi perilaku masyarakat dalam membuang sampah di RT 01/RW 02 Kelurahan Kampung Dalem Kota Kediri”?
C.
Tujuan Penelitian
1.
Tujuan Umum
Untuk mengetahui
faktor faktor yang mempengaruhi perilaku masyarakat dalam membuang sampah di RT
01/RW 02 Kelurahan Kampung Dalem Kota Kediri.
2.
Tujuan Khusus
a.
Mengetahui
pengaruh budaya masyarakat terhadap perilaku dalam membuang sampah di sembarangan tempat di RT
01/RW 02 Kelurahan Kampung Dalem Kota Kediri.
b.
Mengetahui pengaruh ketersediaan fasilitas tempat sampah terhadap perilaku dalam membuang sampah di sembarangan tempat yang di sediakan dari kantor DTRKP di RT 01/RW 02 Kelurahan Kampung Dalem Kota Kediri.
c.
Mengidentifikasi
sikap petugas kesehatan terhadap
perilaku dalam
membuang sampah di sembarangan tempat di RT 01/RW 02 Kelurahan Kampung Dalem
Kota Kediri.
d.
Menganalisa Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Masyarakat Dalam
Membuang Sampah di RT 01/RW 02 Kelurahan Kampung Dalem Kota Kediri.
D.
Manfaat Penelitian
1.
Bagi
peneliti
Dapat
memperluas pengetahuan dan menyebarluaskan informasi tentang faktor - faktor yang mempengaruhi perilaku masyarakat
dalam membuang sampah di RT 01/RW 04 Kelurahan Kampung Dalem Kota Kediri.
2.
Bagi
Mahasiswa
Sebagai
bahan pengetahuan bagi mahasiswa tentang faktor - faktor yang mempengaruhi perilaku masyarakat
dalam membuang sampah di RT 01/RW 04 Kelurahan Kampung Dalem Kota Kediri.
3.
Bagi
Institusi Pendidikan
Di
harapkan dapat
memberikan informasi kepada mahasiswa STIKes Surya
Mitra Husada Kediri tentang bahaya dan efek sampah bagi kesehatan.
4.
Bagi
peneliti selanjutnya
Sebagai
referensi
awal pada penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan faktor – faktor yang
mempengaruhi perilaku masyarakat dalam membuang sampah.
5. Bagi Profesi
Keperawatan
Dapat dijadikan sebagai masukan untuk meningkatkan taraf
kesehatan masyarakat sebagai bentuk upaya preventif yang merupakan bagian dari
proses keperawatan komunitas.
E.
Keaslian Penelitian
Sebelumnya
telah dilakukan penelitian Saudara Lasma Rohani dengan judul “ Perilaku masyarakat dalam pengolahan sampah di desa Medan
Senembah Kabupaten Deliserdang dan Kelurahan Asam Kumbang Kota Medan Tahun
2007”.
Perbedaan
penelitian adalah pada variabel penelitian, permasalahan tempat penelitian, dan tahun penelitian yaitu
Variabel dan permasalahan
yang diteliti adalah “Faktor
Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Masyarakat Dalam
Membuang Sampah” di RT 01/RW 04 Kelurahan Kampung Dalem Kota Kediri.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Konsep Perilaku
a. Pengertian
Sarwono (2001) mendefinisikan perilaku
sebagai sesuatu yang dilakukan oleh individu satu dengan individu lain dan
sesuatu itu bersifat nyata. Menurut Morgan (2002) tidak seperti pikiran atau
perasaan, perilaku merupakan sesuatu yang konkrit yang dapat diobservasi,
direkam maupun dipelajari.
Walgito (2002) mendefinisikan perilaku
atau aktivitas ke dalam pengertian yang luas yaitu perilaku yang tampak (overt behavior) dan perilaku yang tidak
tampak (innert behavior), demikian pula aktivitas-aktivitas tersebut
disamping aktivitas motoris juga
termasuk aktivitas emosional dan kognitif.
Robet Kwick
menyatakan perilaku adalah tindakaan atau perbuatan suatu organisme yang dapat
diamati dan bahkan dapat dipelajari (Notoatmodjo, 2007).
Perilaku adalah suatu kegiatan atau
aktivitas organisme (makhluk hidup) yang bersangkutan. Oleh sebab itu, dari
sudut pandang biologis semua makhluk hidup mulai dari tumbuh-tumbuhan, binatang
sampai dengan manusia itu berperilaku, karena mereka mempunyai aktivitas
masing-masing. Sehingga yang dimaksud perilaku manusia, pada hakikatnya adalah
tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang
sangat luas antara lain : berjalan, bicara, menangis, tertawa, bekerja, kuliah,
menulis, membaca dan sebagainya (Notoatmodjo, 2003).
Menurut Skiner (1938) dalam Notoatmodjo
(2003) seorang ahli psikologi, merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau
reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Oleh karena perilaku
ini terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme dan kemudian
organisme tersebut merespons. Skiner membedakan adanya dua respons yaitu:
a.
Respondent
respons atau reflexive, yaitu respon yang ditimbulkan oleh rangsangan-rangsangan
(stimulus) tertentu.
b.
Operant
respons atau instrumental respons, yaitu respon yang timbul dan berkembang
kemudian diikuti oleh stimulus atau perangsang tertentu (Notoatmodjo, 2003).
Dilihat dari bentuk respons terhadap stimulus, perilaku
dibedakan menjadi dua yaitu :
a.
Perilaku
tertutup (covert behavior)
Respons seseorang terhadap stimulus
dalam bentuk terselubung atau tertutup. Respon atau reaksi terhadap stimulus
ini masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan/ kesadaran, dan sikap
yang terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut, dan belum dapat
diamati secara jelas oleh orang lain.
a.
Perilaku terbuka (overt behavior)
Respons seseorang terhadap stimulus
dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka. Respons terhadap stimulus tersebut
sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktek, yang dengan mudah dapat diamati
atau dilihat oleh orang lain (Notoatmodjo, 2008).
b.
Bentuk Perilaku
Secara lebih
operasional perilaku dapat diartikan suatu respon organisme atau seseorang
terhadap rangsangan (stimulus) dari luar subyek tersebut. Respon ini berbentuk
2 macam yakni:
a.
Bentuk pasif adalah
respon internal yaitu yang terjadi di dalam diri manusia dan tidak secara
langsung dapat terlihat oleh orang lain, misalnya berpikir, tanggapan atau
sikap batin dan pengetahuan. Misalnya seorang yang menganjurkan orang lain
untuk melakukan perawatan payudara meskipun ia sendiri tidak melakukannya.
b.
Bentuk aktif yaitu
apabila perilaku ini jelas dapat diobservasi secara langsung. Misalnya orang
yang sudah pernah melakukan perawatan payudara. Oleh karena perilaku ini sudah
tampak dalam bentuk tindakan nyata maka disebut overt behaviour (Notoatmodjo, 2008).
c.
Teori Perilaku
1.
Teori Naluri (instinct theory)
Ada
beberapa teori yang dapat di kemukakan oleh MC dougaal sebagai pelopor
psikologi sosial. Menurut beliau prilaku itu disebabkan naluri naluri merupakan
prilaku yang innate, prilaku bawaan dan naluri akan mengalami perubahan karena
pengelaman.
2.
Teori dorongan (drive theory)
Teori
ini bertitik tolak pada pandangan bahwa organisme itu mempunyai
dorongan-dorongan atau drive tertentu. Dorongan ini berkaitan dengan kebutuhan
organism yang mendorong organism berprilaku. Bila organisme mempunyai
kebutuhan, dan organisme inngin memenuhi kebutuhannya maka akan terjadi
ketegangan dalam diri organisme itu. Bila organisme berprilaku dapat memenuhi
kebutuhannya, maka akan terjadi pengurangan atau reduksi dari dorongan dorongan
tersebut.
3.
Teori insentif (insentive theory)
Teori
ini bertitik tolak pada pendapat bahwa prilaku organisme itu disebabkan karena
adanya insentif. Dengan insentif akan mendorong organisme berbuat atau
berprilaku.
4.
Teori Atribusi
Teori
ini menjelaskan tentang sebab sebab perilaku orang. Apakah prilaku itu disebabkan oleh
disposisi internal ataukah oleh keadaan eksternal. Teori ini dikemukakan oleh
fritz heider dan teori ini menyangkut lapangan psikologi sosial. Pada dasarnya
prilaku manusia itu dapat atribusi internal, tetapi juga dapat eksternal
(machfoedz, suryani, 2006).
d.
Faktor Faktor yang Mempengaruhi Perilaku
Green (2006),
dalam Notoatmodjo, 2008 mengembangkan bahwa
faktor faktor yang mempengaruhi perilaku adalah sebagai
berikut:
a.
Faktor prediposisi (Predisposing factor)
Seperti kebiasaan
masyarakat membuang sampah sembarang tempat, pengetahuan masyarakat
tentang sampah dan pengaruhnya terhadap lingkungan.
b. Faktor yang memudahkan (Enebling factor)
Seperti ketersediaan
fasilitas dan lain sebagainya.
c.
Faktor yang memperkuat (Reinforcing factor)
Seperti sikap dan
prilaku petugas kesehatan (Notoatmojo, 2008).
e.
Cara
pembentukan perilaku
1.
Pembentukan perilaku dengan kebiasaan
yaituh dengan cara membiasakan diri untuk berperilaku seperti yang di
harapkan, akhirnya akan terbentuklah perilaku tersebut.
2.
Pembentukan perilaku dengan pengertian
yaituh pembentukan perilaku yang ditempuh
dengan pengertian atau insight. Cara
ini berdasarkan atas teori belajar kognitif, yaituh belajar dengan disertai
adanya pengertian.
3.
Pembentukan perilaku dengan
menggunakan model yaituh pemimpin dijadikan model atau contoh oleh yang dipimpinnya.
Cara ini didasarkan atas teori belajar sosial (social learning theory) (suryani, 2006).
f.
Proses Perubahan Perilaku
1)
Perubahan Alamiah
Apabila dalam masyarakat
sekitar terjadi suatu perubahan, maka kita sering mengikuti perubahan itu tanpa
banyak pikiran inilah yang disebut dengan perubahan alamiah.
2)
Perubahan tercerna
Perubahan ini terjadi
karena memang direncanakan sendiri.
3)
Kesediaan berubah
Sebagian orang sangat
cepat untuk menerima suatu perubahan, tetapi sebagian orang lain sangat lambat untuk
menerima perubahan (Notoatmodjo, 2008).
g.
Perilaku Kesehatan
Berdasarkan batasan perilaku dari skinner maka
prilaku kesehatan adalah suatu respon seseorang terhadap stimulus atau objek
yang berkaitan dengan sakit dan penyakit. System pelayanan, makanan dan
minuman, serta lingkungan. Dari batasan ini.
Perilaku kesehatan dapat
diklasifikasikan menjadi 3 kelompok:
1) Perilaku pemeliharaan
kesehatan (health maintenance)
Usaha seseorang untuk
memelihara atau menjaga kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan
bilamana sakit.
2) Perilaku pencarian dan
penggunaan fasilitas pelayanan kesehatan
Perilaku ini menyangkut
upaya atau tindakan seseorang pada saat menderita penyakit
atau
kecelakaan.
3) Perilaku kesehatan
lingkungan
Yaitu bagaimana
seseorang merespon lingkungan baik lingkungan fisik maupun sosial budaya dan
sebagainya (Notoatmojo, 2008).
2. Konsep Sampah
a. Pengertian
Menurut Slamet (2007), sampah adalah segala sesuatu yang tidak lagi dikehendaki oleh yang punya dan
bersifat padat. Sementara didalam Naskah Akademis Rancangan Undang-undang
Persampahan disebutkan sampah adalah sisa suatu usaha dan atau kegiatan yang
berujud padat atau semi padat berupa zat organik atau an organik bersifat dapat
terurai maupun tidak dapat terurai yang dianggap sudah tidak berguna lagi dan
dibuang ke lingkungan.
Berdasarkan
definisi-definisi tersebut sampah dapat dibedakan atas dasar sifat-sifat
biologis dan kimianya sehingga
mempermudah pengelolaannya sebagai berikut :
1)
Sampah yang dapat membusuk (garbage), menghendaki pengelolaan yang
cepat. Gas-gas yang dihasilkan dari pembusukan sampah berupa gas metan dan
H2S yang bersifat racun bagi tubuh.
2)
Sampah yang tidak dapat membusuk (refuse),
terdiri dari sampah plastik, logam, gelas, karet dan lain-lain.
3)
Sampah yang berupa debu/abu sisa hasil
pembakaran bahan bakar atau sampah.
4)
Sampah yang berbahaya terhadap
kesehatan, yakni sampah B3 adalah sampah yang karena sifatnya , jumlahnya,
konsentrasinya atau karenasifat kimia, fisika dan mikrobologinya dapat
meningkatkan mortalitas dan morbiditas secara bermakna atau menyebabkan
penyakit yang irreversibell ataupun sakit berat yang pulih (tidak berbalik)
atau reversibell (berbalik) atau berpotensi
menimbulkan bahaya sekarang maupun dimasa yang akan datang terhadap kesehatan atau lingkungan apabila
tidak diolah, disimpan atau dibuang dengan baik.
b. Sumber Sumber Sampah
1)
Pemukiman/rumah tangga
Biasanya
sampah rumah tangga berupa sisa pengolahan makanan, perlengkapan rumah tangga
bekas, kertas, kardus, gelas, kain, sampah/kebun/halaman, dan lain-lain.
2)
Pertanian dan Perkebunan
Sampah dari
kegiatan pertanian tergolong bahan organik, seperti jerami dan sejenisnya.
Sebagian besar sampah yang dihasilkan selama musim panen dibakar atau
dimanfaatkan untuk pupuk. Untuk sampah bahan kimia seperti pestisida dan pupuk
buatan perlu perlakuan khusus agar tidak mencemari lungkungan. Sampah pertanian
lainnya adalah lembaran plastik penutup tempat tumbuh-tumbuhan yang berfungsi
untuk mengurangi penguapan dan penghambat pertumbuhan gulma, namun plastik ini
bisa didaur ulang.
3)
Sisa Bangunan dan Konstruksi Gedung
Sampah yang
berasal dari kegiatan pembangunan dan pemugaran gedung ini bisa berupa bahan
organik maupun anorganik. Sampah organik, misalnya : kayu, bambu, triplek.
Sampah Anorganik, misalnya : semen, pasir, spesi, batu bata, ubin, besi dan
baja, kaca, dan kaleng.
4)
Perdagangan dan Perkantoran
Sampah yang
berasal dari daerah perdagangan seperti : toko, pasar tradisional, warung,
pasar swalayan ini terdiri dari kardus, pembungkus, kertas, dan bahan organik
termasuk sampah makanan dari restoran. Sampah yang berasal dari lembaga
pendidikan, kantor pemerintah dan swasta, biasanya terdiri dari kertas, alat
tulis-menulis (bolpoint, pensil, spidol, dll), toner foto copy, pita printer,
kotak tinta printer, baterai, bahan kimia dari laboratorium, pita mesin ketik,
klise film, komputer rusak, dan lain-lain. Baterai bekas dan limbah bahan kimia
harus dikumpulkan secara terpisah dan harus memperoleh perlakuan khusus karena
berbahaya dan beracun.
5) Industri
Sampah ini
berasal dari seluruh rangkaian proses produksi (bahan bahan kimia serpihan atau potongan
bahan), perlakuan dan pengemasan produk (kertas,kayu,plastik,kain atau lap yang
jenuh dengan pelarut untuk pembersihan). Sampah industri berupa bahan
kimia yang sering kali beracun memerlukan perlakuan khusus sebelum di buang.
c. Faktor-Faktor Penyebab
Penumpukan Sampah
1)
Volume
sampah sangat besar dan tidak diimbangi oleh daya tampung TPA sehingga melebihi
kapasitasnya.
2)
Lahan
TPA semakin menyempit akibat tergusur untuk penggunaan lain
3)
Jarak
TPA dan pusat sampah relatif jauh hingga waktu untuk mengangkut sampah
kurang efektif.
4)
Fasilitas
pengangkutan sampah terbatas dan tidak mampu mengangkut seluruh sampah. Sisa
sampah di TPS berpotensi menjadi tumpukan sampah.
5)
Teknologi
pengolahan sampah tidak optimal sehingga lambat membusuk.
6)
Sampah
yang telah matang dan berubah menjadi kompos tidak segera di keluarkan dari
tempat penampungan sehingga
semakin menggunung.
7)
Tidak
semua lingkungan memiliki lokasi penampungan sampah. Masyarakat sering membuang
sampah di sembarangan tempat sebagai jalan pintas.
8)
Kurangnya sosialisasi dan
dukungan pemerintah mengenai pengelolaan dan pengolahan sampah serta produknya.
9)
Minimnya
edukasi dan manajemen diri yang baik mengenai pengolahan sampah secara tepat.
10)
Manajemen
sampah tidak efektif. hal ini dapat menimbulkan kesalahpahaman, terutama bagi masyarakat sekitar.
d. Penyebab Orang Membuang Sampah Sembarangan
Menurut Fadilah (2008), penyebab utama bagaimana perilaku membuang sampah sembarangan
ini bisa terbentuk dan bertahan kuat di dalam perilaku kita adalah:
1)
Kurangnya fasilitas atau tempat
pembuangan sampah
Kurang banyak tempat sampah. Ini
membuat orang jadi kesulitan membuang sampahnya. Mungkin ada tempat sampah.
Tapi sangat jauh.
2)
TPA yang jauh dari lingkungan
3)
Tempat Penampungan Akhir atau
pembuangan sampah yang jauh dari tempat tinggal.
4)
Kurangnya
pengetahuan masyarakat
Kurangnya pengetahuan
masyarakat akan dampak dari membuang sampah di sembarang tempat menjadi salah
satu faktor utama mengapa masyarakat lebih memilih membuang sampah di selokan
daripada di TPS
e. Dampak dari Membuang Sampah Sembarangan
terhadap Masyarakat Sekitar
1)
Dampak terhadap kesehatan pembuangan sampah yang tidak terkontrol dengan baik merupakan tempat yang cocok bagi
beberapa organisme dan menarik bagi berbagai binatang seperti lalat dan anjing
yang dapat menimbulkan penyakit
2)
Penyakit diare, kolera, tifus menyebar dengan cepat karena
virus yang berasal dari sampah dengan pengelolaan tidak tepat dapat bercampur
dengan air minum. Penyakit DBD dapat juga meningkat dengan cepat di daerah yang
pengelolaan sampahnya kurang memadai.
3)
Penyakit jamur dapat juga menyebar ( misalnya jamur kulit ).
4)
Dampak Terhadap Sosial Ekonomi
Pengelolaan sampah yang kurang baik
dapat membentuk lingkungan yang kurang menyenangkan bagi masyarakat, bau yang
tidak sedap dan pemandangan yang buruk karena sampah bertebaran dimana-mana.
3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Masyarakat dalam Membuang Sampah
a. Faktor
Budaya
Kata
budaya berasal dari kata buddhayah sebagai bentuk jamak dari buddhi (Sanskerta)
yang berarti‘akal’ (Purwodarminto,
2008).Menurut Notoatmodjo (2010), kebudayaan adalah
keseluruhan aktivitas
manusia, termasuk pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, hukum, adat-istiadat,
dan kebiasaan-kebiasaanlain
(Ratna, 2005).
Definisi yang mutakhir dikemukakan oleh Harris(2009) yaitu seluruh aspek kehidupan manusia
dalam masyarakat, yang diperoleh dengan cara belajar,termasuk pikiran dan
tingkah laku. Kecuali itu juga ada definisi yang dikemukakan bahwa kebudayaan
adalah keseluruhan pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial, yang digunakan
untuk menginterpretasi dan memahami lingkungan
yang dihadapi, dan untuk menciptakan serta mendorong terwujudnya kelakuan.
Wujud kebudayaan ada tiga macam:
1)
Kebudayaan sebagai kompleks ide,gagasan, nilai, norma, dan peraturan
2)
Kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas kelakuan berpola manusiadalam
masyarakat
3)
Benda-benda sebagai karya manusia Koentjaraningrat, 2004).
Kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks, yang
didalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat
istiadat, dan kemampuan-kemampuanlain yang didapat seseorang sebagai anggota
masyarakat (Tylor, E.B. 2004). Menurut Selo
Soemardjan dan Soelaiman Soemardi (2007), kebudayaan
adalah sarana hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat.
Kebiasaan
membuang sampah di sembarang tempat telah tertanam di benak masyarakat sejak
usia dini. Ini bukan tanpa alasan, orang tua secara tidak sadar mengajarkan
cara membuat sampah yang tidak benar kepada anak-anak mereka. Melempar sampah
ke sungai atau di depan rumah adalah hal yang paling mudah dilakukan.
Masyarakat punya kesadaran yang rendah dalam hal memikirkan konsekuensinya
b. Faktor
Ketersediaan Fasilitas Tempat Sampah
Tempat
sampah adalah suatu wadah yang terbuat dari seng, plastik, semen, atau
kayu,untuk menyimpan sampah sebelum dikumpulkan ke tempat pembuangan sampah
(Nilton dkk, 2008).
Fasilitas
tempat sampah yang berada di tingkat pemukiman yang perlu diperhatikan menurut (Sarujd,
2006) adalah:
1) Penyimpanan
setempat (onsite storage)
Penyimpanan
sampah setempat harus menjamin tidak bersarangnya tikus, lalat dan binatang
pengganggu lainnya serta tidak menimbulkan bau. Oleh karena itu persyaratan
kontainer sampah harus mendapatkan perhatian.
2) Pengumpulan
sampah
Terjaminnya
kebersihan lingkungan pemukiman dari sampah juga tergantung pada pengumpulan
sampah yang diselenggarakan oleh pihak pemerintah atau oleh pengurus kampung
atau pihak pengelola apabila dikelola oleh suatu real estate misalnya.
Keberlanjutan dan keteraturan pengambilan sampah ke tempat pengumpulan
merupakan jaminan bagi kebersihan lingkungan pemukiman.
c. Faktor
Sikap Petugas Kesehatan
1)
Pengertian
Sikap
dikatakan sebagai suatu respon evaluatif. Respon hanya akan timbul apabila
individu dihadapkan pada stimulus yang menghendaki adanya reaksi individual.
Respon evaluatif berarti bahwa bentuk reaksi yang dinyatakan sebagai sikap itu,
timbulnya didasari oleh proses evaluasi dalam diri individu yang memberikan
kesimpulan terhadap stimulus dalam bentuk nilai baik buruk, positif negatif,
menyenangkan tidak menyenangkan yang kemudian mengkristal sebagai reaksi
terhadap obyek sikap (Azwar, 2007)
2)
Ciri-ciri
Sikap
a)
Sikap tidak di bawah sejak lahir, tetapi dipelajari sepanjang perkembangan
individu dalam hubungan dengan objek.
b)
Sikap dapat berubah-ubah karena itu sikap dapat dipelajari dan tergantung
dari keadaan orang tersebut.
c)
Sikap tidak berdiri sendiri, tetapi berhubungan dengan objek.
d)
Obyek sikap dpat merupakan suatu hal tertentu dapat juga merupakan
kumpulan dari hal-hal tersebut.
e)
Sikap mempunyai gabungan dengan motivasi dan perasaan (Azwar,
2007)
3)
Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap
a)
Pengalaman pribadi.
Apa yang
telah dan sedang kita alami akan ikut membentuk dan mempengaruhi penghayatan
kita terhadap stimulasi sosial. Tanggapan akan menjadi salah satu dasar
terbentuknya sikap. Untuk dapat mempunyai tanggapan dan penghayatan seseorang seseorang
harus mempunyai pengalaman yang
berkaitan dengan objek psikologis. Apakah penghayatan itu
kemudian akan membentuk sikap positif ataukah sikap negatif akan tergantung
pada faktor lain. Sehubungan dengan hal ini mengatakan bahwa tidak adanya pengalaman
sama sekali dengan suatu objek psikologis cenderung akan membentuk sikap
negatif terhadap objek tersebut.
b)
Pengaruh orang lain yang dianggap penting
Orang
lain di sekitar ikut mempengaruhi salah satu di antara kompnen sosial yang ikut
mempengaruhi sikap kita Seseorang yang kita anggap penting, seseorang yang kita
harapkan persetujuan bagi setiap gerak, tingkah dan pendapat kita. Seseorang
yang tidak ingin kita kecewakan atau seseorang
yang berarti khusus bagi kita (Sighificant Others) akan banyak mempengaruhi
pembentukan sikap kita terhadap sesuatu.
c)
Pengaruh kebudayaan
Seorang
ahli psikologis yang terkena Burrhus Frederic Skiner sangat menekankan pengaruh
lingkungan (termasuk kebudayaan) dalam membentuk pribadi seseorang.
Kepribadian, katanya, tidak lain daripada pola perilaku yang konsisten yang
menggambarkan sejarah reinforcemen, yang kita alami. Kita memiliki pola sikap
dan perilaku tertentu dikarenakan kita mendapatkan reinforcement (penguatan,
ganjaran) dari masyarakat untuk sikap dan perilaku yang lain.
d)
Media massa
Sebagai
sarana komunikasi, berbagai bentuk media masa seperti televisi, radio, surat
kabar, majalah, dan lain lain mempunyai pcngaaih besnr dalam pembentukan opini
dan kepercayaan orang lain.
e)
Lembaga pendidikan dan lembaga agama.
Lembaga pendidikan dan lembaga agama sebagai suatu
sistem mempunyai pengaruh dalam pembentukan
sikap dikarenakan keduanya meletakan dasar pengertian dan konsep moral dalam
diri individu, pemahaman akan baik buruk, garis pemisah antara sesuatu yang
boleh dan tidak boleh dilakukan, diperoleh dari pendidikan dan dari pusat
keagamaan serta ajaran ajaranya.
f)
Pengaruh faktor emosional
Tidak semua bentuk sikap ditentukan
oleh situasi lingkungan dan pengalaman pribadi seseorang. Kadang kadang suatu
bentuk sikap merupakan pemyataan yang didasari oleh emosi yang berfungsi
sebagai semacam penyaluran frustasi, atau penglihatan bentuk mekanisme
pertahanan ego.Sikap demikian dapat merupakan sikap yang sementara dan segera
berlalu begitu frustasi telah menghilang, akan tetapi dapat pula merupakan
sikap yang lebih persisten dan bertahan lama.
4)
Tingkatan sikap
Sikap memiliki 4 tingkatan :
a) Menerima (receiving), individu ingin dan
memperhatikan rangsangan
(stimulus) yang diberikan.
b) Merespons (responding), sikap individu dapat
memberikan jawaban apabila
ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan.
c) Menghargai (valuing), sikap individu
mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah.
d) Bertanggung jawab (responsible), sikap
individu akan bertanggung jawab dan siap menanggung segala resiko atas segala
sesuatu yang telah dipilihnya.
5)
Pengukuran sikap
Pengukuran sikap tidak dapat di
lakukan secara cermat melalui cara penanyaan langsung (direct questioning) maupun observasi tingkah laku. Metode
pengukuran sikap yang di anggap dapat di andalkan dan dapat memberikan
penafsiran terhadap sikap manusia adalah pengukuran melalui skala sikap / attitude scale (Azwar, 2005).
Pengukuran
sikap dapat dilakukan dengan menilai pertanyataan sikap seseorang. Pernyataan
sikap adalah rangkaian kalimat yang mengatakan sesuatu mengenai obyek sikap
yang berhak diungkap.
Pernyataan
sikap berisi hal-hal yang positif mengenai obyek sikap, yaitu
kalimatnya bersifat mendukung obyek sikap, yang disebut pernyataan favorable. Sebaliknya pernyataan sikap juga berisi hal-hal
yang negatif atau
tidak mendukung maupun kontra terhadap obyek sikap.
Pernyataan seperti ini disebut dengan pernyataan yang tidak favorable
B.
Kerangka Konsep
Kerangka konsep adalah kerangka hubungan antara konsep-konsep yang
ingin di amati atau di ukur melalui penelitian-penelitian yang dilakukan
(Notoatmodjo, 2005).
|
|
:
Gambar 2.1:
Kerangka Konsep Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Masyarakat Dalam Membuang Sampah di
RT 01/RW 04 Kelurahan Kampung
Dalem Kota Kediri.
C.
Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah :
1.
Ada pengaruh budaya masyarakat terhadap perilaku dalam membuang sampah.
2.
Ada pengaruh ketersediaan
fasilitas tempat sampah terhadap perilaku dalam membuang sampah.
3.
Ada pengaruh sikap
petugas kesehatan terhadap perilaku dalam membuang sampah.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Desain penelitian merupakan suatu
strategi dalam mengidentifikasi permasalahan sebelum perencanaan akhir
pengumpulan data dan untuk mendefinisikan struktur penelitian yang akan
dilaksanakan. Desain penelitian juga merupakan hasil akhir suatu tahap keputusan
yang dibuat oleh peneliti berhubungan dengan bagaimana suatu penelitian bisa
diterapkan. Berdasarkan tujuan penelitian ini merupakan penelitian deskriptif
analitik.
Menurut Notoatmodjo (2010), penelitian deskriptif analitik
adalah penelitian yang dilaksanakan untuk menyajikan data apa adanya dan
penarikan kesimpulan beradasrkan hasil analisis kuantitatif terhadap data-data
penelitian.
Penelitian
ini adalah merupakan penelitian dengan metode deskriptif analitik dengan
menggunakan pendekatan cross sectional,
menganalisis Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Perilaku Masyarakat Dalam Membuangan Sampah di
RT 01/RW 04 Kelurahan Kampung Dalem Kota Kediri.
B. Kerangka Kerja
|
|
Gambar 3.1 Kerangka
Kerja Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Masyarakat Dalam Membuangan Sampah di RT
01/RW 04 Kelurahan kampung dalem Kota Kediri
C.
Populasi,
Sampel dan
Sampling
1.
Populasi
Populasi adalah
keseluruhan subyek penelitian (Arikunto, 2006). Populasi adalah seluruh
subyek atau obyek dengan karakteristik tertentu yang akan diteliti
(Alimul, 2007). Pada penelitian ini populasinya adalah Seluruh masyarakat di RT 01/RW 04 Kelurahan
Kampung Dalem Kota Kediri sebanyak 63 KK.
2.
Sampel
Sampel adalah
sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto, 2006). Pada penelitian ini yang menjadi sampel adalah seluruh KK
di RT 01/RW 04 Kelurahan Kampung Dalem
Kota Kediri sebanyak 63 KK.
Besar sampel pada penelitian ini adalah seluruh anggota populasi yaitu 63 KK.
3.
Sampling
Sampling adalah
suatu proses seleksi sampel yang digunakan dalam penelitian dari populasi yang ada, sehingga jumlah sampel
akan mewakili keseluruhan populasi yang ada (Hidayat, 2008).
Teknik sampling dalam
penelitian ini adalah Total sampling yaitu suatu teknik penetapan sampel dengan cara memilih sampel dari seluruh
anggota populasi (Nursalam, 2008).
D.
Variabel Penelitian
Variabel adalah
ukuran atau ciri yang dimiliki oleh anggota-anggota satu kelompok yang berbeda
dengan yang dimiliki oleh kelompok yang lain (Notoatmodjo, 2005).
1.
Variabel Independent
Variabel
independent adalah variabel yang
nilainya menentukan variabel lain (Nursalam, 2003). Dalam
penelitian ini variabel independent
adalah Faktor kebiasaan budaya masyarakat (X1), Faktor
ketersediaan fasilitas tempat sampah (X2),
dan faktor sikap petugas kesehatan (X3).
2.
Variabel Dependent
Variabel
dependent adalah variabel yang
nilainya ditentukan oleh variabel yang nilainya ditentukan oleh variabel lain
(Nursalam, 2003). Dalam penelitian ini variabel dependent adalah Perilaku Masyarakat
E.
Definisi Operasional
Definisi operasional
adalah batasan ruang lingkup atau pengertian variabel-variabel yang diamati
atau diteliti (Notoatmojo, 2002)
Tabel
3.1 Definisi Operasional faktor faktor yang mempengaruhi perilaku pembuangan sampah
masyarakat di RT 01/RW 04 Kelurahan kampung dalem Kota Kediri
Variabel
|
Defenisi
Operasional
|
Parameter
|
Alat Ukur
|
Skala
|
Skor
|
1.Variabel Independent
X1 = budaya
masyarakat
X2 = Ketersediaan
fasilitas tempat sampah
|
Bentuk perilaku dari kebiasaan
masyarakat dalam kesehariannya terkait dengan pembuangan sampah
Adanya fasilitas atau sarana yang tersedia sebagai tempat pembuangan
sampah
|
1. Norma
2. Aturan
3. Perilaku
4. Kebiasaan
1.
Tempat sampah rumah
2. Tempat
sampah lingkungan
|
K
U
E
S
I
O
N
E
R
K
U
E
S
I
O
N
E
R
|
O
R
D
I
N
A
L
O
R
D
I
N
A
L
|
Jawaban:
Ya= 1
Tidak = 0
Kategori
a.
Baik
(76-100%)
b. Cukup
(56-75%)
c.
Kurang (<56%)
1. Tersedia = 1
2. Tidak Tersedia = 0
|
X3 = Sikap
Petugas Kesehatan
|
Sikap petugas kesehatan dalam upaya
meningkatkan perilaku masyarakat dalam hal membuang sampah
|
Sikap
Petugas dalam:
1. Menerima
2. Merespons
3. Menghargai
4. Bertanggung jawab
|
K
U
E
S
I
O
N
E
R
|
N
O
M
I
N
A
L
|
Positif:
Sangat Setuju = 4
Setuju = 3
Tidak Setuju = 2
Sagat Tidak Setuju = 1
Negatif:
Sangat Setuju = 1
Setuju = 2
Tidak Setuju = 3
Sagat Tidak Setuju = 4
Kategori:
T ≥ T Mean
= Sikap
Positif T < T Mean
= Sikap
Negatif
(Hidayat,
2003)
|
Dependen :
Perilaku Masyarakat
|
Aktivitas yang dilakukan masyarakat dalam membuang sampah
|
1. Perilaku pemeliharaan
kesehatan
2.
Perilaku pencarian dan penggunaan fasilitas pelayanan kesehatan
3.
Perilaku kesehatan lingkungan
|
K
U
E
S
I
O
N
E
R
|
O
R
D
I
N
A
L
|
Ya= 1
Tidak = 0
Kategori:
a.
Baik
(76-100%)
b. Cukup
(56-75%)
c.
Kurang (<56%)
(Nursalam,
2008)
|
F.
Pengumpulan Data dan Pengolahan Data
1.
Instrumen penelitian
Instrumen
penelitian adalah alat pengumpul data yang disusun dengan hajat untuk
memperoleh data yang sesuai
(Arikunto, 2006). Pada penelitian ini data yang digunakan adalah jenis data primer yang dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner, yang
disusun berdasarkan konsep teori yang ada dan disesuaikan dengan kondisi
pengelolaan sampah yang ada pada masyarakat di lokasi penelitian.
Uji
validitas adalah suatu langkah pengujian yang dilakukan terhadap isi (content)
dari suatu instrumen, dengan tujuan untuk mengukur ketepatan instrumen yang
digunakan dalam suatu penelitian (Sugiyono, 2007). Uji validitas menggunakan
uji product moment yang kemudian di
lakukan perhitungan dengan bantuan program komputer SPSS, sehingga penarikan
ketentuan penarikan kesimpulannya adalah jika p-value ≤ 0,05 maka soal valid, jika p-value > 0,05 maka soal tidak valid.
Sedangkan
uji reliabilitas adalah proses pengukuran terhadap ketepatan (konsisten) dari
suatu instrumen (Husnaini, 2004). Uji reabilitas menggunakan uji alpha
croncbach yang kemudian dilakukan perhitungan dengan bantuan program
komputer SPSS. Ketentuan penarikan kesimpulan adalah jika alpha
cronchbach > 0,6 maka soal reliabel, jika alpha
cronchbach < 0,6 maka tidak reliable.
2.
Lokasi dan Waktu Penelitian
a. Lokasi
Lokasi
penelitian di RT 01/RW 04 Kelurahan Kampung Dalem Kota Kediri
b. Waktu
Penelitian ini dilaksanakan pada
bulan November 2013
3.
Prosedur Pengolahan Data
a.
Editing
Adalah
mengkaji dan meneliti kembali data yang akan dipakai apakah sudah baik dan
sudah dipersiapkan untuk proses berikutnya.
b.
Coding
Coding adalah bagaimana mengkode responden, pertanyaan dan
segala hal yang dianggap perlu. Coding dibuat untuk mempermudah pengolahan,
sebaiknya semua variabel diberi kode terutama data klasifikasi.
c.
Skoring
Scoring yaitu menentukan skor/nilai untuk tiap item
pertanyaan-pertanyaan dan segala hal yang dianggap perlu. Cara scoring
dilakukan dengan cara :
Budaya
masyarakat
1)
Baik
= 76% -100%
2)
Cukup
= 56% -75%
3)
Kurang =
<56%
Ketersediaan
fasilitas tempat sampah
1)
Tersedia = 0
2)
Tidak
tersedia = 1
Sikap
petugas kesehatan
1)
Sikap
positif = T ≥ T mean
2)
Sikap
negatif = T < T mean
Perilaku
Masyarakat :
1)
Baik
= 76% -100%
2)
Cukup
= 56% -75%
3)
Kurang =
<56%
d.
Tabulating
Tabulating
adalah pengelompokan dengan membuat diagram pie sesuai dengan analisis yang
dibutuhkan.
G.
Analisis
Data
Teknik analisa data untuk melakukan pembuktian hipotesis dilakukan dengan uji statistik
yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji regresi
Ordinal yaitu uji untuk mengetahui pengaruh beberapa variabel
independen terhadap variabel dependen.
Cara
penggunaan :
1. Bila
hasil P - value £ α =0,05 maka Ho di tolak dan H1
diterima.
2.
Bila hasil P - value ³ α=0,05 maka Ho diterima dan H1 di
tolak (Budiono,
2008).
H.
Etika
Penelitian
Penelitian yang menggunakan manusia sebagai subyek tidak
boleh bertentangan dengan etik. Tujuan penelitian harus etis dalam arti hak
responden harus dilindungi. Pada penelitian ini subyek akan diteliti dengan
menekankan kepada permasalahan etik yang meliputi (Nursalam,
2006) :
1.
Lembar
Persetujuan Penelitian (Informed Consent)
Lembar persetujuan diedarkan sebelum penelitian
dilaksanakan agar responden mengetahui maksud dan tujuan penelitian serta
dampak yang terjadi selama dalam penggumpulan data. Jika responden bersedia mereka harus menandatangani lembar persetujuan
tersebut, jika tidak peneliti harus menghormati hak-hak responden.
2.
Tanpa
Nama (Anonimity)
Untuk
menjaga kerahasiaan identitas pasien, peneliti tidak akan mencantumkan nama subyek pada
lembar pengumpulan data (kuesioner) yang diisi oleh subyek. Lembar tersebut
hanya akan diberi kode tertentu.
3.
Kerahasiaan (Confidentiality)
Kerahasiaan informasi yang telah dikumpulkan dari subyek dijamin kerahasiaannya.
Hanya kelompok tertentu saja yang akan disajikan atau dilaporkan pada hasil
riset.
ini proposal,,, punya siapa??
BalasHapusmhon informasi penulisnya...soalx gw mau jdiin in sumber .. yg bakal gw lampirkan d dftar pustaka
BalasHapusjudulnya jg mas...
BalasHapusMohon informasi penulisnya pak, soalnya saya mau jdikan sumber dan d lampirkan d dftar pustaka. Terim kasih sebelumnya pak.
BalasHapusartikelnya sangat bermanfaat. lebih baik apabila refrensinya juga dilengkapi akan lebih ilmiah. tks
BalasHapus